Rabu, 29 Juni 2011

KETIKA MAS GAGAH PERGI :') oleh : Helvi Tyana Rosa

Mas gagah berubah! Ya, beberapa bulan belakangan ini masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah!

Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Tehnik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja…ganteng !Mas Gagah juga sudah mampu membiayai sekolahnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.

Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku ke mana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak bagiku.

Saat memasuki usia dewasa, kami jadi semakin dekat.Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda dengan teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelocon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan-makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan Ancol.

Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya.

"Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih?"

"Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang rumahku suka membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho! Gila, berabe kan?!"

"Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku?"

Dan banyak lagi lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku Cuma mesem-mesem bangga.

Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum juga punya pacar. Apa jawabnya?

"Mas belum minat tuh! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran…, banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati! He..he..he…"Kata Mas Gagah pura-pura serius.

Mas Gagah dalam pandanganku adalah cowok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tetapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tetapi tidak pernah meninggalkan shalat!

Itulah Mas Gagah!

Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah! Drastis! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana…

"Mas Gagah! Mas! Mas Gagaaaaaahhh!" teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras. Tak ada jawaban. Padahal kata Mama, Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa Arab gundul. Tak bisa kubaca. Tetapi aku bisa membaca artinya: Jangan masuk sebelum memberi salam!

"Assalaamu’alaikum!"seruku.

Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.

"Wa alaikummussalaam warohmatullahi wabarokatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?" tanyanya.

"Matiin kasetnya!"kataku sewot.

"Lho memangnya kenapa?"

"Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah! Memangnya kita orang Arab…, masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!" aku cemberut.

"Ini Nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita!"

"Bodo!"

"Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri," kata Mas Gagah sabar. "Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek.., Mama bingung. Jadinya ya dipasang di kamar."

"Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru…,eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!"

"Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan…"

"Pokoknya kedengaran!"

"Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus lho!"

"Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!" Aku ngeloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.

Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Ke mana kaset-kaset Scorpion, Wham, Elton John, Queen, Eric Claptonnya?"

"Wah, ini nggak seperti itu Gita! Dengerin Scorpion atau Eric Clapton belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lainlah ya dengan nasyid senandung islami. Gita mau denger? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok!" begitu kata Mas Gagah.

Oala.

Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak Cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma adik kecilnya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.

Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Shalat tepat waktu berjamaah di Mesjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip dari lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau membaca buku Islam. Dan kalau aku mampir ke kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya "Ayo dong Gita, lebih feminim. Kalau kamu mau pakai rok, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba adik manis, ngapain sih rambut ditrondolin begitu!"

Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga tidak pernah keberatan kalau aku meminjam baju kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu selalu memanggilku Gito, bukan Gita! Eh sekarang pakai panggil adik manis segala!

Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga Mama menegurnya.

"Penampilanmu kok sekarang lain Gah?"

"Lain gimana Ma?"

"Ya nggak semodis dulu. Nggak dendy lagi. Biasanya kamu kan paling sibuk sama penampilan kamu yang kayak cover boy itu…"

Mas Gagah cuma senyum. "Suka begini Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun."

Ya, dalam pandanganku Mas Gagah kelihatan menjadi lebih kuno, dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. "Jadi mirip Pak Gino." Komentarku menyamakannya dengan supir kami. "Untung aja masih lebih ganteng."

Mas Gagah cuma tertawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu. Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama dan bercanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah kebingungan.

Dan..yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?"

"Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau jabatan tangan sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di sanggar Gita tahu?" tegurku suatu hari. "Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang!"

"Justru karena Mas menghargai dia, makanya Mas begitu," dalihnya, lagi-lagi dengan nada yang amat sabar. "Gita lihat kan gaya orang Sunda salaman? Santun tetapi nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!"

Huh, nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu…, sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?"

Mas Gagah membuka sebuah buku dan menyorongkannya kepadaku."Baca!"

Kubaca keras-keras. "Dari Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah, Rasulullah Saw tidak pernah berjabatan tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhori Muslim."

Mas Gagah tersenyum.

"Tapi Kyai Anwar mau salaman sama Mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali…," kataku.

"Bukankah Rasulullah qudwatun hasanah? Teladan terbaik?" Kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. "Coba untuk mengerti ya dik manis?"

Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel.

Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik. Aku jadi khawatir, apa dia lagi nuntut ilmu putih? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun akhirnya aku tidak berani menduga demikian. Mas Gagah orangnya cerdas sekali. Jenius malah. Umurnya baru dua puluh satu tahun tetapi sudah tingkat empat di FT-UI. Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya…yaaa akhir-akhir ini dia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.

"Mau kemana Gita?"

"Nonton sama temen-temen." Kataku sambil mengenakan sepatu."Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya."

"Ikut Mas aja yuk!"

"Ke mana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah. Gita kayak orang bego di sana!"

Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu lalu Mas Gagah mengajak aku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tablig akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku diliatin sama cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya aku ke sana dengan memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang tidak bisa disembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa Mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.

"Assalamualaikum!" terdengar suara beberapa lelaki.
Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman Mas Gagah. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku…, persis kelakuannya Mas Gagah.

"Lewat aja nih, Gita nggak dikenalin?"tanyaku iseng.

Dulu nggak ada teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah bahkan nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome.
Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssssttt."

Seperti biasa aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal keislaman, diskusi, belajar baca Quran atau bahasa Arab… yaa begitu deh!

"Subhanallah, berarti kakak kamu ihkwan dong!" Seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah hampir sebulan berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.

"Ikhwan?’ ulangku. "Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?" Suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.

"Husy, untuk laki-laki ikhwan dan untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita." Ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. "Kamu tahu Hendra atau Isa kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini."

Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.

"Udah deh Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji. Insya Allah kamu akan tahu menyeluruh tentang agama kita ini. Orang-orang seperti Hendra, Isa atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya aja yang belum ngerti dan sering salah paham."

Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku ia menjelma begitu dewasa.

"Eh kapan kamu main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat Gita…mesti kita mempunyai pandangan yang berbeda, " ujar Tika tiba-tiba.

"Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah…" kataku jujur. "Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih…"

Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin." Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk, biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan dengan Mbak Ana.

"Mbak Ana?"

"Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amerika malah pakai jilbab. Ajaib. Itulah hidayah.

"Hidayah."

"Nginap ya. Kita ngobrol sampai malam dengan Mbak Ana!"

"Assalaamualaikum, Mas ikhwan.. eh Mas Gagah!" tegurku ramah.

‘Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!" Kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.

"Dari rumah Tika, teman sekolah, "jawabku pendek. "Lagi ngapain, Mas?"tanyaku sambil mengitari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, gambar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku keislaman…

"Cuma lagi baca!"

"Buku apa?"

"Tumben kamu pingin tahu?"

"Tunjukkin dong, Mas…buku apa sih?"desakku.

"Eiit…eiitt Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.
Kugelitik kakinya. Dia tertawa dan menyerah. "Nih!"serunya memperlihatkan buku yang tengah dibacanya dengan wajah yang setengah memerah.

"Naah yaaaa!"aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku "Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam" itu.

"Maaas…"

"Apa Dik Manis?"

"Gita akhwat bukan sih?"

"Memangnya kenapa?"

"Gita akhwat atau bukan? Ayo jawab…" tanyaku manja.

Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara padaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami umatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu menjadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal-lainnya. Dan untuk pertamakalinya setelah sekian lama, aku kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.

Mas Gagah dengan semangat terus bicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya.

"Mas kok nangis?"

"Mas sedih karena Allah, Rasul dan Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena umat banyak meninggalkan Quran dan sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan dan tidur beratap langit."

Sesaat kami terdiam. Ah Mas Gagah yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli…

"Kok tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?" Tanya Mas Gagah tiba-tiba.

"Gita capek marahan sama Mas Gagah!" ujarku sekenanya.

"Memangnya Gita ngerti yang Mas katakan?"

"Tenang aja. Gita ngerti kok!" kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan demikian. Aku ngerti deh meskipun tidak begitu mendalam.

Malam itu aku tidur ditemani buku-buku milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah.

Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi seperti dulu. Meski aktifitas yang kami lakukan bersama kini berbeda dengan yang dulu. Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum, atau ke tempat-tempat di mana tablig akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah. Kadang-kadang, bila sedikit terpaksa, Mama dan Papa juga ikut.

"Apa nggak bosan, Pa…tiap Minggu rutin mengunjungi relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?" tegurku.Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, "Iya deh, iya!"

Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung, soalnya pengantinnya nggak bersanding tetapi terpisah. Tempat acaranya juga begitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu juga diberi risalah nikah. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tidak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran. Harus Islami dan semacamnya. Ia juga mewanti-wanti agar aku tidak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek.
Aku nyengir kuda.

Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku, soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.
"Nyoba pakai jilbab. Git!" pinta Mas Gagah suatu ketika.
"Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol. Lagian belum mau deh jreng.

Mas Gagah tersenyum. "Gita lebih anggun jika pakai jilbab dan lebih dicintai Allah kayak Mama."

Memang sudah beberapa hari ini Mama berjilbab, gara-garanya dinasihati terus sama Mas Gagah, dibeliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin oleh teman-teman pengajian beliau.

"Gita mau tapi nggak sekarang," kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku, prospek masa depan dan semacamnya.

"Itu bukan halangan." Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.
Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu cepat sekali terpengaruh dengan Mas Gagah.

"Ini hidayah, Gita." Kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.

"Hidayah? Perasaan Gita duluan yang dapat hidayah, baru Mama. Gita pakai rok aja udah hidayah.

"Lho! " Mas Gagah bengong.

Dengan penuh kebanggaan kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara studi tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya. Aku yang berada di antara ratusan peserta rasanya ingin berteriak, "Hei itu kan Mas Gagah-ku!"

Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa. Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Quran dan hadits. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung, "Lho Mas Gagah kok bisa sih?" Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yang dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar.

Pada kesempatan itu Mas Gagah berbicara tentang Muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi. "Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana takwa, sebagai identitas Muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam itu sendiri, " kata Mas Gagah.
Mas Gagah terus bicara. Kini tiap katanya kucatat di hati.

Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan cara memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdallah.

Aku mau kasih kejutan kepada Mas Gagah. Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapkan tasyakuran ulang tahun ketujuh belasku.
Kubayangkan ia akan terkejut gembira. Memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberi ceramah pada acara syukuran yang insya Allah akan mengundang teman-teman dan anak-anak yatim piatu dekat rumah kami.

"Mas ikhwan! Mas Gagah! Maasss! Assalaamualaikum! Kuketuk pintu Mas Gagah dengan riang.

"Mas Gagah belum pulang. "kata Mama.

"Yaaaaa, kemana sih, Ma??" keluhku.

"Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus…"

"Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam Minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Mesjid. "

"Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah ingat ada janji sama Gita hari ini." Hibur Mama menepis gelisahku.

Kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali sama Mas Gagah.

"Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh!" Mama tertawa.
Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.

Sudah lepas Isya’ Mas Gagah belum pulang juga.

"Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh.." hibur Mama lagi.

Tetapi detik demi detik menit demi menit berlalu sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.

"Nginap barangkali, Ma." Duga Papa.

Mama menggeleng. "Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa."

Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.

"Kriiiinggg!" telpon berdering.

Papa mengangkat telpon,"Hallo. Ya betul. Apa? Gagah?"

"Ada apa, Pa." Tanya Mama cemas.

"Gagah…kecelakaan…Rumah Sakit Islam…" suara Papa lemah.

"Mas Gagaaaaahhhh " Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.
Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.

Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Kaki, tangan dan kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika sedang Mas Gagah kritis.
Dokter melarang kami masuk ke dalam ruangan.

" Tetapi saya Gita adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau melihat saya pakai jilbab ini." Kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.

Mama dengan lebih tenang merangkulku. "Sabar sayang, sabar."

Di pojok ruangan Papa dengan serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.

"Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?" tanyaku. "Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada acara syukuran Gita kan?" Air mataku terus mengalir.

Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding-dinding putih rumah sakit. Dan dari kaca kamar, tubuh yang biasanya gagah dan enerjik itu bahkan tak bergerak.

"Mas Gagah, sembuh ya, Mas…Mas..Gagah, Gita udah menjadi adik Mas yang manis. Mas..Gagah…" bisikku.

Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah…Gita, Mama, Papa butuh Mas Gagah…umat juga."

Tak lama Dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. "Ia sudah sadar dan memanggil nama Papa, Mama dan Gi.."

"Gita…" suaraku serak menahan tangis.

Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya sesuai permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya…lukanya terlalu parah." Perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!.

"Mas…ini Gita Mas.." sapaku berbisik.

Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.
Kudekatkan wajahku kepadanya. "Gita sudah pakai jilbab, kataku lirih. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya."

Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.

"Dzikir…Mas." Suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat tubuh Mas Gagah yang separuhnya memakai perban. Wajah itu begitu tenang.

"Gi..ta…"
Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali.

"Gita di sini, Mas…"
Perlahan kelopak matanya terbuka.

"Aku tersenyum."Gita…udah pakai…jilbab…" kutahan isakku.
Memandangku lembut Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdallah.

"Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas…" ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.

Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tidak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah…sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali. Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan tampaknya Mas Gagah menginginkan kami semua berkumpul.

Kian lama kurasakan tubuh Mas gagah semakin pucat, tetapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia masih bisa mendengar apa yang kami katakan, meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.

Kuusap setitik lagi air mata yang jatuh. "Sebut nama Allah banyak-banyak…Mas," kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup, tetapi sebagai insan beriman sebagaimana yang juga diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.

"Laa…ilaaha…illa..llah…Muham…mad Ra..sul …Allah… suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk bisa kami dengar.

Mas Gagah telah kembali kepada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi. Selamat jalan Mas Gagah.


Epilog:

Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku. Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.

Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Illahi yang selamanya tiada kan kudengar lagi. Hanya wajah para mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema d iruangan ini.

Setitik air mataku jatuh lagi.

"Mas, Gita akhwat bukan sih?"

"Ya, insya Allah akhwat!"

"Yang bener?"

"Iya, dik manis!"

"Kalau ikhwan itu harus ada janggutnya, ya?!"

"Kok nanya gitu sih?"

"Lha, Mas Gagah kan ada janggutnya?"

"Ganteng kan?"

"Uuuuu! Eh, Mas, kita kudu jihad ya?" Jihad itu apa sih?"

"Ya always dong, jihad itu…"

Setetes, dua tetes air mataku kian menganak sungai. Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan. Selamat jalan Mas Ikhwan!Selamat jalan Mas Gagah!

Buat ukhti manis Gita Ayu Pratiwi, Semoga memperoleh umur yang berkah,
Dan jadilah muslimah sejati
Agar Allah selalu besertamu.
Sun sayang,
Mas Ikhwan, eh Mas Gagah!
Continue Reading...

Rabu, 01 Juni 2011

Lebih Baik Keluar dari Jama'ah?????????????????????????????

“Dulu ana merasa semangat saat aktif dalam dakwah,. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering, bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh.” Begitu keluh seorang mad’u kepada seorang murabbinya disuatu malam. Sang murabbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad’unya.



“Lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu?” sahut sang murabbi setelah sesaat termenung .” ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyyah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa ikhwah yang jusrtu tidak islami. Juga dengan organisasi dakwah yang ana geluti, kaku, dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, ana mendingan sendiri saja.” Jawab mad’u itu.



Sang murabbi termenung kembali. Tidak tampak terkejut dari roman diwajahnya.. Sorot matanya tetap telihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal ” akhi bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?”ternyata sang murabbinya dengan kiasan bermakna dalam. sang mad’u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya medapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.” Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?” sang murabbi mencoba memberi opsi. “ bila antum terjun kelaut, sesaat antum akan merasa senang.. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba.

Tapi itu hanya sesaat.



Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiyu datang. Dari mana antum menadapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi hawa dingin?” serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad’u. tak ayal, sang mad’u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murabbi yang dihormati justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya .



“Akhi apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?” bagaimana jika ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergelletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya?. Tanya sang murabbinya lagi.



Sang mad’u tetap terdiam dalam sesunggukan tangis perlahanya. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya:”cukup akhi , cukup. Ana sadar … maafkan ana. Ana akan tetap istiqamah . ana berdakwah bukan untuk mendapatkan mendali kehormatan atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan. Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janjiNya biarlah segala kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana”. Sang mad’u berazzam dihadapan sang murabbinya yang semakin dihormatinya.



Sang murabbi tersenyum ”akhi, jamaah ini adalah jamaah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang mempunyai banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu masih amat Banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah.” “bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta’ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka dimata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena dimata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka.”



“Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu, maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik? “ sambungnya panjang lebar. ”kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai enuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafir pun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da’i. kita adalah khalifah, kitalah yang diserahi amanah oleh Allah untuk membenahi masalah-masah dimuka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.



“Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin kesebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak brnilai bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!” “bekerja lah dengan ikhlas. Berilah tausiah dalam dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada isu atau gosip tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri dengan itulah, bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya.”



Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama pembicaran melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad’u begeegas mengambil wudhu unyuk qiyamul lail. Malam itu. Sang mad’u sibuk membangunkan mad’u yang lain dari asyik tidurnya malam itu. Sang mad’u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untk tetap berputar bersama jamaah dalam mengarugi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian yang kami harapkan dari antum sekalian saling mengisi kekosongan, saling melengkapi kekurangan tetap bersama mencapai tujuan dengan semangat yang tinggi dengan keyakinan yang tak pernah mati, mencapai jenjang yang lebih berarti menjadikan diri Generasi Yang Rabbani untuk menggapai ridha ilahi,semoga bermanfaat.



“Kaderisasi LDK Simahtuah..
Continue Reading...

GLAD-IQ LDK AR-RISALAH


insyaallah GLAD-IQ kali ini akan dilaksanakan pada Hari Minggu 10 July 2011 sampai dengan Sabtu 16 July 2011,,
untuk informasi sementara, inilah paket acara yang insyaallah akan dilaksanakan.
PAKET-PAKET KEGIATAN

1. Ar-Raniry Award
2. Obrolan Santai Muslimah Kampus
3. Diskusi Rehab-Rekon Kampus IAIN
4. Seminar Kuliah Ke Luar Negeri
5. Ar-Raniry Islamic Expo
6. Festival Nasyid dan Live In Concert (UNIC)
7. Pertandingan Futsal (Ar-Risalah_Cup I)
8. Sialturrahmi Aktivis Dakwah Kampus Se-Aceh
9. Pelatihan Da'i & Da'iah Se-Aceh
10. Training ESQ Mahasiswa Se-Aceh
11. Pelatihan TOEFL

mohon Dukungan dan Saran dari semua pihak demi suksesnya acara tersebut.
Continue Reading...

Senin, 08 Februari 2010

10 Muwasafat Muslim.


BIL
PERKARA
TINDAKAN
1
Ibadah yang betul
(SHAHIHUL  IBADAH)
·         Sentiasa memperbaiki amalan.
·         Mengetahui halal dan haram.
·         Bersederhana dalam urusan kehidupan sehari-hari.

2
Akhlaq yang mantap
(Matinul Khuluq)
·         Akhlak Rasulullah SAW.
·         Sensitif dan peka.
·         Tegas
·         Benar dalam kata-kata dan perbuatan
·         Berlumba-lumba dalam kebajikan.

3
Berpengetahuan luas.
(Muthaqqafal Fikri)
·         Tahu berita dunia Islam, dan umum.
·         Bersumberkan al-Quran dan Hadis dan ulama’-ulama’ yang thiqoh.
·         Banyak membaca dan menulis.
·         Memiliki perpustakaan sendiri.
·         Pakar dalam bidang yang di ceburi.
·         Membaca al-Quran dengan baik dan mentadabburinya.
·         Sentiasa belajar sejarah
·         Kuasai kemahiran terkini.

4
Mampu melawan nafsu.
(MUJAHADAH ALAN-NAFS)
·         Ingat janji dan amanah, serta berazam dengan kuat.
·         Pelihara diri dari maksiat dan kelalaian.

5
Tersusun dalam urusan.
(MUNAZZAMUN FI SYU’UNIHI)
·         Tidak menangguhkan kerja.
·         Tidak tergopoh-gopoh.
·         Buat kerja sebaik mungkin.
·         Bijak letak “priority” kerja.
·         Menjaga penampilan.
·         Berdisiplin.

6
Kuat Tubuh Badan.
(Qawiyyah al-Jism)
·         Pemeriksaan kesihatan.
·         Diet seimbang, makan sekadarnya.
·         Bersukan.
·         Tidur optimum
·         Menjaga kebersihan

7
Mampu berusaha.
(Qadiran ‘ala Kasbi)
·         Bersikap ihsan dalam bekerja.
·         Ada simpanan.
·         Menjauhi riba dalam setiap lapangan.
·         Menjauhi kemewahan apatah lagi pembaziran.
·         Tidak mengharap kepada orang lain.

8
Berguna untuk orang lain.
(Nafi’un li ghairihi)
·         Mahukan kebaikan kepada orang lain.
·         Penuhi hak orang lain. (ibu bapa, sahabat dan jiran)
·         Membantu orang yang memerlukan.
·         Multi skill
·         Sedia terima dan memberi kritikan.
·         Bergaul dengan semua lapisan masyarakat.

9
Menjaga waktu
(Haarithun ‘ala waqtihi)

·         Jaga waktu solat
·         Berdoa agar diberkati waktu.
·         Tak lewat ke kelas dan aktviti
·         Isi waktu dengan mengingati Allah.

10
Aqidah yang sejahtera.
(Salimul aqidah)
·         Sentiasalah muraqobah kepada Allah.
·         Mengingati akhirat.
·         Memperbanyakkan nawafil dan zikir.
·         Menjaga kebersihan hati.
·         Menjauhi dosa dan syubhat
Continue Reading...

Sabtu, 30 Januari 2010

Rabuiul Awal- Kelahiran Nabi Akhir Zaman.


Bulan Rabi'ul Awal merupakan bulan yang sangat mulia bagi kaum muslimin. Di bulan inilah terlahir seorang yang sangat dibanggakan dan dicintai oleh umat islam di seluruh dunia.

 Dia membawa wahyu Allah SWT untuk menyelamatkan umatnya dari kegelapan dunia menuju ke jalan yang terang benderang sebagai bekal untuk ke akherat nanti. Dialah Rasulullah "Muhammad SAW". Seorang yang sangat menyayangi umatnya hingga di akhir hayatnyapun mengucapkan "Umatku...umatku...". Dialah satu-satunya yang dapat memberi syafa'at kepada manusia di hari yang sangat berat itu. Dialah yang bersujud kepada Allah SWT untuk umatnya dan berkata "Ana Laha...Ana Lahaa.."  sehingga Allahpun bersabda: " Irfa' yaa Muhammad...Isyfa' tusyaffa'...?" .

Wahai saudaraku...! pantaskah bilamana kita menyepelekan bulan ini? Pantaskah kita jika bulan ini terlewati sedang kita dalam keada'an lalai? Pantaskah seorang yang mengaku mencintai Rasulnya dan berkeinginan untuk mendapatkan syafa'at di alam kubur ketika ditanya oleh Munkar Nakir  : siapa nabimu? berharap untuk bisa menjawabnya. Pantaskah seorang mukmin ingin mendapat syafa'atnya ketika sedang kebingungan, kepada siapakah aku meminta syafa'at sa'at tidak diterima satupun syafa'at nabi-nabi lain di hari kiyamat nanti sedangkan dia tak kenal Rasulullah SAW. Sungguh sangat jauh harapan itu.

Wahai saudaraku...! di bulan inilah Rasul kita Muhammad SAW dilahirkan, akan tetapi mungkin terlintas dalam pikiran kita sebuah pertanya'an: "Mengapa Rasulullah SAW tidak dilahirkan di bulan lain yang lebih barakah? Mengapa tidak dilahirkan di bulan  lain seperti Ramadhan, dimana Allah SWT menurunkan Al-Qur'an dan dihiasi dengan Lailatul Qadar? Atau disalah satu dari bulan-bulan haram lainnya seperti Dzulhijjah, Dzulqa'dah, Muharram atau Rajab (Asyhur Alhurum) yang telah diagungkan oleh Allah SWT dimana di situ diciptakan langit dan juga bumi? Atau di bulan Sya'ban dimana di situ terletak malam Nishfu Sya'ban  ? Mengapa dilahirkan di hari senin bulan Rabi'ul Awal?

Lahirnya Rasulullah SAW di hari senin tanggal dua belas Rabi'ul Awal bukanlah suatu kebetulan atau tanpa hikmah dan faidah tertentu. Akan tetapi di situ terdapat hikmah tersendiri yang jika seorang muslim meyakininya, niscaya akan menambah   kecinta'anya kepada beliau. hikmah tersebut adalah:

Pertama : di sebuah Hadist disebutkan bahwa "Allah SWT menciptakan pepohonan dihari senin ". Hadist ini merupakan peringatan yang sangat muliya bagi umat Islam yaitu Bahwa: " Allah menciptakan bahan makanan, Rizki, buah-buahan dan kebaikan-kebaikan yang dengan itu anak Adam berkembang biyak dan bertahan hidup serta membuat hatinya senang melihatnya, adalah agar mereka lega dan tenang untuk mendapatkan sesuatu yang membuatnya hidup sesuai dengan hikmah Allah SWT. Maka dengan lahirnya Rasulullah SAW di hari itu, itu adalah sebagai keceriya'an dan kebahagian untuk semua (Qurratui 'uyun), dan tidak diragukan lagi bahwa hari senin adalah hari yang penuh barakah dan menjadi barakah karena kelahiran seorang Rasul yang muliya. Beliau telah ditanya tentang hari ini kemudian menjawab: "Hari itu adalah hari dimana aku dilahirkan".
 
Kedua : Lahirnya Rasulullah SAW dibulan Rabi' merupakan isyarat yang sangat jelas bagi orang yang cerdas dan mengerti tentang asal mula kalimat Rabi' , yaitu bahwa dalam kalimat tersebut terdapat makna optimis atas datangnya sang pembawa  kabar gembira bagi umatnya.

Syeikh  Abdur-rahman As-shoqli mengatakan: "Setiap nama seseorang mempunyai peran dalam kehidupannya, baik dalam segi perorangan atau yang lain. Di Fashl Arrabi'   Bumi mengeluarkan semua isinya dari berbagai nikmat-nikmat Allah SWT serta Rizki-rizki-Nya yang di situ terdapat kemaslahatan seorang hamba,  dan dengan itu seorang hamba bisa bertahan hidup, serta  di situlah kehidupan mereka berlangsung. Sehingga terbelahlah biji-bijian, serta berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang telah ditentukan di situ, sehingga orang yang memandangnya menjadi senang dan ke'ada'annya-lah yang memberikan kabar gembira akan kedatangan waktu masak dan memetiknya. Di sini terdapat isyarat yang sangat agung atas mulainya berbagai nikmat Allah SWT".

Maka kelahiran Nabi Muhammad SAW di bulan ini adalah sebagai isyarat yang sangat nyata dari sang pencipta agar kita mengagungkan dan memujinya karena ketinggian martabat Rasul SAW. Dimana beliau adalah sebagai pembawa kabar gembira bagi semua yang ada di alam semesta, serta rahmat bagi mereka dari berbagai kehancuran dan ketakutan di dunia dan di akherat. Sebagian dari Rahmat Allah SWT yang paling agung yaitu anugrah Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk memberikan hidayah bagi umat islam menuju jalan yang lurus. Sebagai mana dalam firman Allah SWT :

 (وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ) [ الشورى : 52] .

"Sesungguhnya kamu benar-benar meberi petunjuk kepada jalan yang lurus".

Ketiga : Tidakkah kita melihat bahwa Musim Arrabi' adalah musim yang paling stabil dan paling bagus, karena di situ tidak ada dingin yang sangat mengganggu dan tidak juga panas yang membikin gelisah, di siang dan malamnya tidak terlalu lama. Akan tetapi semua seimbang dan stabil. Dia adalah musim yang terbebas dari penyakit-penyakit seperti di musim gugur, panas, dan dingin. Akan tetapi manusia menjadi segar dan bergairah di musim ini, sehingga malamnya menjadi waktu yang sangat tepat untuk bertahajud, dan siangnya untuk berpuasa. Hal tersebut menyerupai keadaan syari'at islam yang tengah-tengah serta memudahkan bagi umatnya.

Keempat : Allah SWT telah berkehendak untuk menjadikan mulia berbagai tempat dan waktu dengan adanya Nabi, bukannya menjadikan muliya Nabi dengan adanya tempat dan waktu. Maka tempat dan waktu itulah yang mendapatkan kemuliya'an serta keutama'an dan keistimewa'an yang sangat besar dengan kedatangannya Nabiyullah Muhammad SAW  . 

Memang benar, karena jikalau Rasulullah SAW dilahirkan di bulan Ramadhan contohnya atau di bulan-bulan haram lainnya atau di bulan Sya'ban yang berbarokah; niscaya orang akan menyangka bahwa Nabi menjadi mulia dikarenakan beliau di lahirkan di bulan-bulan tersebut, karena keistimewa'an dan keunggulannya dari bulan-bulan lainnya. Akan tetapi Allah yang Maha Adil telah berkehendak untuk melahirkan baginda Rasul SAW di bulan Rabi'ul Awal, agar bulan ini menjadi mulia dan tampak bersinar terang.  Dalam sebuah Sya'ir dikatakan:

وتضوعت بك مسكا بك الغبراء
        بك بشر الله السماء فزينت

ومساؤه بمحمد وضاء
        يوم يتيه على الزمان


"Karenamu wahai Muhammad, Allah SWT memberi kabar gembira kepada langit hingga diapun berhias.
dan karenamulah, debu-debu kotor menjadi berbau minyak misik".
"Hari dimana dalam keada'an  bingung di sebuah zaman, sorenya menjadi terang, di karenakan datangnya  Muhammad".


Kejadian bersejarah di bulan Rabi'ul Awal

Bulan ini adalah bulan yang sangat mulia, bagaimana tidak? bulan ini adalah bulan dimana Orang yang sangat mulia di dunia ini dilahirkan. Di bulan ini juga sang pencipta mengambil arwah suci nabi akhiru zaman ini. Kedua kejadian ini adalah kejadian yang sangatlah penting di bulan ini. Bulan yang sangatlah dimuliyakan dengan datangnya sang pembuka pintu kegelapan.

Karena kedua kejadian tersebut adalah kejadian yang sangatlah penting bagi kaum muslimin, kita akan membahasnya disini secara ringkas:

Kelahiran sang baginda Rasul SAW.

Seorang calon ayah pun terpaksa harus meninggalkan kotanya tercinta menuju ke Syam  untuk mencari rizki demi menghidupi keluarganya. Sang ibu yang sedang mengandung calon buah hatipun terpaksa merelakan suaminya untuk pergi ke sana. Dengan harapan akan kembali dengan membawa kabar gembira. Abdullah setelah pulang dari Syam, mampir di kota Madinah untuk mengunjungi keluarganya seperti yang diperintahkan bapaknya Abdul Muthalib. Akan tetapi takdir berkata lain, dia sakit di kota ini dan akhirnya meninggal di situ. Air mata Aminahpun menetes tanpa terasa, mengingat calon buah hati yang akan terlahir yatim.

Sebelum Aminah melahirkan sang buah hati, dia selalu bermimpi bahwa sebuah cahaya keluar dari dirinya dan menerangi semua istana di Syam. Setelah datang hari yang telah ditentukan Allah SWT sebagai hari kelahiran sang Nabi SAW yaitu hari senin, hari yang ke dua belas dari bulan Rabi'ul Awal, keluarlah sang baginda Rasul SAW dari perut ibunya, dengan dikelilingi oleh cahaya yang menerangi seluruh istana Syam, dan sang mauludpun bersujud seketika kepada Allah SWT. Dengan tanpa merasakan sakit sedikitpun sang bundapun tersenyum gembira, melihat si buah hati yang di kandungnya telah keluar ke dunia dengan selamat.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dengan mempunyai tiga ibu yang sangat mencintainya, Muhammad SAW tak lagi merasa bahwa dia terlahir yatim, tanpa ayah yang menyayanginya. Akan tetapi dengan tiga ibu tersebut, sudahlah cukup sebagai pengganti rasa pahitnya keyatiman. Yaitu ibu yang telah melahirkannya, Aminah at-taahirah, dan ibu yang merawatnya, Barkah al-baarrah wal wadud. Serta ibu yang menyusuinya, yaitu Halimah Assa'diyah.

Di tahun yang ke Enam dari kelahirannya, Ibu tercinta mengajak Muhammad untuk berziyarah ke makam ayahnya di Madinah dengan ditemani satu pembantu, dan ingin mengenalkannya dengan saudara–saudaranya dari Bani Najjar. Dan tinggAllah mereka disitu beberapa bulan. Kemudian mereka ingin kembali ke rumah mereka di Makkah. Dan dalam perjalanan sang ibu merasakan sakit yang sngatlah dahsyat. Hingga semua rasa sakit terkumpul menjadi satu dan dia berkata: " semua yang hidup akanlah mati, semua yang baru akan sirna, dan semua yang besar akan rusak, dan saya akan mati dan meninggalkan kenangan yang tak sirna, dan aku telah melahirkan seorang yang sangat suci ". sang ibu pun telah kembali kepada sang pencipta. Dan meninggalkan anaknya sendiri bersama pembantunya menuju kerumah kakeknya dengan membawa kesedihan yang berlipat-lipat.

Setelah sampai kepada kakeknya, kakeknya pun bertambah memperhatikannya, merawatnya lebih dari putra-putranya yang lain, agar cucu tercinta tidak merasakan kepahitan menjadi anak yatim piyatu, dia menyayanginya sebagaimana orang tua menyayangi anaknya.

Dari : http://indo.hadhramaut.info/
Continue Reading...

Senin, 04 Januari 2010

KAFFAH special edition


KAFFAH special edition for new year.
Tajuk utama: Adakah Perubahan
Harga: RP5000X1
Terbitan: Tim Kreativitas Dan Multimedia (TKMD), Lembaga Dakwah Kampus Ar-Risalah. Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry
Continue Reading...

SUKSES dengan menguasai Dua Ayat


Cara Hidup yang Sempurna
Islam adalah agama yang lengkap dan Komprehensif. Konsep kesempurnaan ini dikenali sebagai Syumuliyah (menyeluruh) dalam Islam. Hal ini dinyatakan Allah dalam Surah Al-Maidah ayat 3, “Pada hari ini aku sempurnakan agamamu untukmu dan Aku sempurnakan nikmatku ke atasmu dan aku redhai Islam sebagai agamamu”.
                Berdasarkan dengan perkara ini, Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran Al-Azim berkata, “Ini adalah nikmat yang paling agung yang dikurniakan Allah kepada ummat ini. Apabila Allah menyempurnakan agama ini, umat Islam tidak memerlukan agama lain selain Islam dan mereka juga tidak memerlukan agama lain selain Islam dan mereka juga tidak memerlukan nabi lain (selepas nabi Muhammad)”.
                Bagi memperincikan (memperhaluskan) lagi konsep ini, dalam Usul 20 Imam Hassan Al-Banna berkata, “Ajaran Islam adalah menyeluruh mencakupi kesemua bidang (aspek) kehidupan. Islam adalah Negara dan watan atau pemerintah dan ummat. Ia adalah akhlaq dan kekuatan ataupun rahmat dan keadilan. Ia juga adalah pengetahuan dan undang-undang ataupun ilmu dan kehakiman. Islam juga menekankan  aspek kebendaan dan harta ataupun usaha dan kekayaan. Disamping itu Islam mementingkan jihad dan dakwah ataupun ketenteraan dan fikrah. Islam adalah akidah yang benar dan ibadat yang sah”.
                Oleh sebab Islam sudah lengkap dan sempurna ia tidak menerima sebarang campur aduk dengan sebarang ideologi dan falsafah. Inilah yang Allah maksudkan dalam surah Al-Baqarah ayat 42, “Jangan kamu campuradukkan yang hak dengan yang bathil dan jangan kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahui”.
                Berhubung dengan ini, Imam Qatadah menegaskan, “Janganlah kamu campuradukkan ajaran Islam dan ajaran Yahudi dan Nasrani sedangkan kamu mengetahui agama yang diterima Allah hanyalah agama Islam”. Hal ini disebutkan dalam al-Asas fi al-Tafsir.
Sumber Ajaran Islam
Ajaran Islam yang sempurna memerlukan sumber yang atuentik. Secara dasarnya sumber ini dikenali sebagai Quran dan Sunah sebagaimana dijelaskan oleh nabi yang bermaksud, “Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh dengannya kamu tidak akan sesat selama-lamanya (iaitu) Kitab Allah dan Sunahku”. Hadits ini direkodkan oleh Al-Hakim dan Ibn Abdul Barr daripada Abdullah bin Omar dan direkotkan oleh al-Baihaqi dari Abu Hurairah.
                Kedua-dua sumber ini melahirkan peta Islam yang dipenuhi pelbagai jalan yang saling lengkap melengkapi antara satu dengan yang lain. Jalan-jalan ini dikenali sebagai syariat atau peraturan. Ia wajib dilalui dan diikuti oleh kesemua ummat Islam. Berhubung dengan ini Allah menjelaskan dalam surah al-Jatsiah ayat 18, “Kemudian kami jadikan kamu berada diatas satu syariat (peraturan) daripada urusan agama, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.
                Apabila syariat itu dipatuhi, ummat Islam akan mencapai hasanah atau kejayaan di dunia dan juga hasanah di akhirat. Sekira ummat berpaling daripadanya, mereka akan mendapat kecelakaan daripada segenap sudut kehidupan. Hal ini telah dinyatakan Allah dalam surah Taha ayat 123 hingga ayat 124 yang bermaksud, “Jika datang kepadamu petunjuk dariKu (Allah), sesiapa yang mengikut petunjukKu dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Sesiapa yang berpaling dari daripada peringatanku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan kami akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”.

Continue Reading...

Menghadapi Stress menurut Islam

Seorang muslim yang cemerlang ialah muslim yang Berjaya menghadapi setiap tekanan dalam kehidupan, tidak kira apa jua masalahnya seperti masalah keluarga, kerja, kesihatan , masyarakat dan Negara.
Sejauh mana seseorang itu mampu menghadapi tekanan tersebut, sebanyak itulah ganjaran pahala yang bakal diperolehinya. Semakin besar tekanan yang di hadapinya, semkain besar nilai pahala disisi Allah swt. Iman juga akan bertambah dan berkurang dengan tekanan-tekanan yang dating dan pergi.
Sekiranya tekanan itu tidak di hadapi dengan baik, maka ianya akan memberikan kesan yang buruk ke atas seseorang sama ada dari segi emosi, rohani seta jasmaninya.

Islam melihat punca tekanan lebih kepada kecelaruan dan kelemahan hati,. Hati yang lemah menyebabkan hubungannya dengan Allah semakin rapuh. Seterusnya kehidupannya akan menjadi sempit kerana tidak dapat menemukan jalan keluar terhadap setiap masalah yang di hadapi. Hati akan merasa bahagia apabila merasa dekat dengan Allah. Sebaliknya, hati juga akan sengsara apabila ia ingkar terhadap hokum Allah dan lalai daripada mengingatinya.
Hati merupakan raja bagi struktur badan manusia. Perkara ini di sebut dalam hadis sahih riwayat Bukhari dalam bab Al-Iman bahwa hala tuju manusia sebenarnya adalah di pandu oleh hati. Oleh itu, amatlah penting untuk kita sentiasa memohon kepada Allah swt ketetapan hati kita agar kita sentiasa berada dalam rahmatnya, baik ketika hidup mahupun mati.

BAGAIMANA MENGHADAPI STRES MENURUT ISLAM.

1. MEMBACA AL-QURAN DAN MENTADABBUR MAKNANYA.
Al-Quran merupakan rahmat bagi sekalian alam. Ia adalah cahaya, hidayah dan penyembuh bagi bagi penyakit sama adahati mahupun fizikal. Dengan mentadabbur al-Quran yakni memahami, mendalami dan menghayati isi kandungannya, maka seseorang itu berupaya menenangkan dan menenteramkan hati, fikiran dan jasmani.

2. MEMPERBANYAKKAN TAUBAT DAN ISTIGHFAR
Bertakafur mengenang dosa, merenung segaa nikmat yang Allah berikan kepada kita.

3. TAQARRUB
Mendekatkan diri krpada Allah, mematuhi segala perintahnya dan menjauhui segala larangannya. Cara mendekatkan diri kepada Allah ialah;
Qiamullail: bangun pada tengah malam dengan meninggalkan segala kenikmatan tidur untuk menyembah Allah. Seseorang yang bangun tengah malam semata-mata untuk mengingati Allah, dengan susah payahnyaberwudhuk dan bersolat, maka hatinya akan menjadi tenang dan jasmaninya akan menjadi kuat.
Banyakan berzikir: Mengingati Allah sama ada dengan perkataan, perbuatan dan niat yang dilakukan semata-mata kerana Allah swt. Allah berfirman:” Bukankah dengan mengingati Allah itu, hati-hati kan menjadi tenang.”

4. BANYAKKAN BERSEDEKAH
Salah satu perkara yang menyebabkan jiwa sentiasa tertekan dan tidak tenang ialah harta. Orang yang kikir sentiasa disempitkan oleh Allah swt. Hati dan akhlaknya kerana bakhil dengan kurniaan Allah swt.
Dalam keadaan ini, pemberian sedekah hendaklah semata-mata kerana Allah, malah ketika seseorang itu berasa bakhil dan sangat sayang akan hartanya, maka bersedekahlah bagi mendapatkan keberkatan yang lebih.

5. BIJAK MENGURUS
Seseorang itu harus bijak menguruskan masa, kerja, keutamaan dan asset yang ada. Bahkan Allah telah mengingatkan kita tentang beban kerja dan tanggungjawab itu perlulah sepadan dengan kemampuan kita. Kita diajar supaya berdoa ketika melakukan kerja-kerjayang berlebihan yang tidak mampu di tanggung.

6. BERSANGKA BAIK TERHADAP ALLAH SWT
Kita hendaklah berbicara dan berkata positif serta penuh pengharapan kepada Allah swt. Hal ini karena setiap lafaz yang di ucapkan itu adalah doa dan sangkaan kita kepada Allah.

7. TAWAKAL
Berserah diri kepada Allah, iaitu setelah melakukan sesuatu perkara itu diserahkan keputusannya kepada Allah sama ada Berjaya atau tidak.Namunsetelah berusaha sedaya upaya., pasti Allah menilai dengan sebaiknya. Itulah janjinya. Seseorang itu harus menyedari bahwa Allah lah yang mengurniakan rezeki, kekuatan dan keinginan serta tubuh badan yang sehat. Maka sebagai hambanya, kita harus berusaha meneruskan hidup di dunia ini.
Continue Reading...
Powered By Blogger
 

Sahabat LDK Ar-Risalah

Terkini Palestinaku

LDK Ar-Risalah Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template